NTB – Tak lengkap rasanya berkunjung ke Nusa Tenggara Barat, tanpa menyempatkan diri untuk singgah ke Dusun Ende. Dusun yang hanya memiliki luas wilayah sekitar 1 hektar ini berada di Desa Rambitan, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah. Apa yang menarik dari dusun tradisional ini?
Mengobati rasa penasaran, rombongan famtrip asal Dubai pun dibawa ke Dusun Ende. Dari Kota Mataram, perjalanan dilakukan sejauh lebih kurang 40 km, dengan waktu tempuh sekitar 60 menit atau 1 jam. Begitu sampai di lokasi, rombongan disambut ramah oleh masyarakat Suku Sasak yang mendiami Dusun Ende.
Hal pertama yang menarik perhatian peserta famtrip adalah rumah penduduk yang masih sangat sederhana. Siapa sangka, rumah tersebut dibangun hanya menggunakan tanah liat yang dicampur kotoran kerbau. Atapnya terbuat dari ilalang, dan didesain miring sehingga para tamu yang berkunjung harus menundukkan kepala. Hal itu dimaknai sebagai penghormatan kepada pemilik rumah.
Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Ende menjalani aktivitas dengan memegang teguh tradisi yang masih mengakar dari para leluhur. Salah satunya yaitu prosesi kawin lari. Dalam tradisi ini, pihak pria membawa lari wanita yang akan dinikahinya. Hal itu dilakukan tanpa sepengetahuan orang tua si wanita. Biasanya, waktu pelarian berlangsung 3 hari. Selanjutnya, orang tua wanita akan menebus untuk membicarakan kelanjutan hubungan ke jenjang pernikahan.
Salah satu peserta famtrip dari Social Media Influencer, Sapna Aidasani, mengaku takjub dengan rumah Suku Sasak tersebut. Meski bentuknya sederhana, namun cara pembangunannya memberi daya tarik tersendiri untuk disimak.
“Saya tidak pernah terpikir ada rumah yang dibangun dari tanah liat dan kotoran kerbau. Meski sepintas membuat saya agak bergidik, tetapi ini sangat unik. Aromanya juga tidak membuat kita mual. Kita enjoy di sini,” ujarnya.
Asisten Deputi Pengembangan Pemasaran II Regional III Kemenparekraf Sigit Witjaksono mengatakan, famtrip ini berlangsung tanggal 1-8 Desember 2019. Sebelum ke Lombok atau Nusa Tenggara Barat, peserta terlebih dahulu berkunjung ke Pulau Dewata, Bali.
Adapun pesertanya, yaitu Mochammad Arif Ramadhan (Vice Consul), Ahmad Banu Mustafa (Technical Staff), Rasheed Arakkakattil (Marketing Bin Moosa Travel), Nour Aridi Indonesia (VITO), Angelito De Guzman Villeza (Travtalk, Videographer), Rania Salama Pinpoint Media (Edgar, Yachts Altitude Magazine), Sapna Aidasani (Social Media Influencer), dan Syed Ikram Shikooh (Dubai Media).
“Famtrip ini dilakukan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, bekerjasama dengan KJRI Dubai dan VITO. Tujuannya yakni untuk memperkenalkan sekaligus mempromosikan destinasi Indonesia ke pasar Timur Tengah, khususnya Bali dan Lombok,” ungkapnya, Kamis (5/12).
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran II Kemenparekraf Nia Niscaya menegaskan, potensi pasar Timur Tengah masih bisa dimaksimalkan. Terutama untuk destinasi wisata yang saat ini dikunjungi, yaitu Bali dan Lombok.
“Kita berharap Bali dan Lombok akan semakin dikenal oleh wisatawan Timur Tengah. Melalui kegiatan ini, para peserta famtrip bisa membantu mempromosikannya lewat publikasi media di negaranya, baik cetak maupun online, dan juga media elektronik. Kita optimis kunjungan wisman Timur Tengah akan meningkat,” tandasnya.(*)