PALANGKARAYA – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) menggelar Focus Group Discussion (FGD) Pola Perjalanan Wisata Heart of Borneo. Koordinator Wisata Alam Direktorat Wisata Alam, Budaya dan Buatan Kemenparekraf/Baparekraf, Itok Parikesit menjelaskan, penyusunan pola perjalanan Heart of Borneo ini dalam rangka meningkatkan kualitas destinasi wisata dan memberikan pengalaman berbeda kepada wisatawan yang datang berkunjung.
Kemenparekraf/Baparekraf, Itok melanjutkan, amat serius menggarap potensi pariwisata di Kalimantan. Tak hanya selesai melalui FGD, setelah acara ini akan dilakukan pendataan lapangan untuk memperkuat data-data yang diperlukan. “Pola perjalanan wisata jika tidak didukung oleh data yang kuat tidak akan berjalan dengan baik,” kata Itok, Kamis (19/11/2020).
Nantinya, masih kata Itok, pola perjalanan Hearth of Borneo ini tak hanya disusun dalam bentuk buku panduan, namun juga dalam bentuk digital yang akan memudahkan persebarannya. Dengan begitu, ia berharap pola perjalanan yang tengah disusun ini semakin efektif untuk menarik minat wisatawan berkunjung ke Kalimantan. “Semuanya akan kita arahkan dalam bentuk digital. Pola perjalanan wisata dengan sistem digital ini akan menjadi panduan wisatawan secara komprehensif, karena dalam penyusunannya seluruh stakeholder berkolaborasi,” ujarnya.
Direktur Indecon Indonesia Tourism, Ary Suhandi mengatakan, pola perjalanan pariwisata merupakan jalur perjalanan wisata dari satu destinasi ke destinasi lainnya yang saling terkait. “Nantinya dia berisi informasi tentang aktivitas, akses, fasilitas dan pelayanan yang memberikan berbagai pilihan perjalanan wisata untuk wisatawan,” ujarnya. Ia menegaskan, penyusunan pola perjalanan ini setidaknya memiliki lima target yang ingin dicapai oleh pemerintah. Pertama yakni mendorong distribusi kunjungan secara merata. Kedua, menciptakan destinasi pariwisata baru. “Ketiga, membangun infrastruktur untuk mendorong iklim usaha, keempat mendorong partisipasi masyarakat dan terakhir meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” ulas dia.
Pola perjalanan wisata ini merupakan peta informasi destinasi wisata di Kalimantan yang dikemas secara menarik. Nantinya, pola perjalanan ini akan menjadi pedoman bagi wisatawan dalam melakukan perjalanan wisata sesuai dengan minat mereka. “Pola perjalanan wisata setidaknya harus mencakup dua dari tiga komponen yakni aktivitas fisik, lingkungan dan alam serta terlibat dalam budaya,” papar dia.
Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan (Events) Kemenparekraf/Baparekraf, Rizki Handayani menuturkan, salah satu target penyusunan pola perjalanan wisata Heart of Borneo adalah memunculkan destinasi-destinasi wisata baru. Seiring dengan tumbuhnya destinasi wisata baru, Rizki percaya wisatawan juga akan semakin memiliki banyak pilihan untuk berlibur. “Wisatawan akan memiliki banyak pilihan destinasi wisata. Heart of Borneo disusun sebagai panduan yang terintegrasi untuk memudahkan wisatawan yang ingin datang berkunjung,” kata dia.
Tak hanya sekadar melakukan penyusunan pola perjalanan belaka, nantinya juga akan diperkuat dengan story telling agar semakin memikat wisatawan. Selain itu, wisatawan juga akan mendapat informasi yang jelas dan utuh dalam segala hal mengenai suatu destinasi. “Pola perjalanan ini akan diperkuat dengan story telling dari masing-masing destinasi,” ujarnya.
Direktur Wisata Alam, Budaya dan Buatan Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan (Events) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Alexander Reyaan memaparkan, pedoman pola perjalanan wisata ini akan dijadikan pedoman pagi penyelenggara jasa wisata dalam membuat paket-paket destinasi wisata di Indonesia. “Nantinya pola perjalanan ini akan dijadikan dasar bagi tour operator, travel agent dan online travel agent dalam menyusun paket wisata. Buku panduan ini sebagai pedomannya,” ujarnya.
Di sisi lain, pria yang karib disapa Alex itu menegaskan jika penyusunan pola perjalanan Heart of Borneo berorientasi pada kepentingan masyarakat. “Basis pariwisata itu adalah masyarakat. Maka orientasi yang dikembangkan dalam penyusunan pola perjalanan ini adalah untuk meningkatkan perekonomian masyarakat karena pariwisata itu multiplier effect,” ujarnya.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwista Kalimantan tengah, Guntur Talajan berharap peningkatan kualitas SDM (Sumber Daya Manusia) menjadi bagian tak terpisahkan dalam penyusunan pola perjalanan ini. “Ada beberapa prioritas pembangunan dari penyusunan pola perjalanan ini di antaranya sektor pariwisata, SDM, investasi dan reformasi birokrasi. Semua itu diarahkan untuk mewujudkan daya saing destinasi wisata budaya dan religi yang unggul,” tutur Guntur. (*)