BANDUNG – Gerakan Komando Strategis Pembangunan Pertanian (Kostratani) resmi diluncurkan di Jawa Barat oleh Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, bersama Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian (Kementan), Dedi Nursyamsi, Jumat (28/08), di Gedung Pakuan, Bandung, Jawa Barat, dan disiarkan secara live streaming.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan pandemi Covid-19 telah mengubah pola pikir dan orientasi kita semua, khususnya mengenai pertanian.
“Covid-19 mengajarkan kita semua jika pertanian itu tangguh dan membanggakan kita semua. Hal ini juga mengubah orientasi dan pola pikir kita semua, termasuk di Jawa Barat. Kita akan jor-joran untuk meningkatkan ekonomi pertanian di tahun depan. Dan jika mau produktif, kita harus berani beradaptasi dan memanfaatkan teknologi,” katanya.
Ridwan Kamil mengaku kehadiran Kostratani sebagai pusat data dan informasi sangat bagus. Sebab, data menjadi salah satu masalah di Indonesia.
“Salah satu masalah yang kita hadapi adalah data, karena data yang ada tidak pernah akurat. Sehingga kami akan menyiapkan Kostrawil untuk mendukung itu. Kostrawil di Jawa Barat akan punya pusat komando, di dalamnya punya banyak komputer banyak data sebagai komando ketahanan pangan. Kami juga harus punya neraca ketahanan pangan,” tuturnya.
Dalam kesempatan itu, Ridwan Kamil menyebut tanah Jawa Barat sebagai salah satu yang tersubur di dunia.
“Tanah Jawa Barat sangat subur, tapi produktivitasnya kurang. Berarti pengetahuan dan kemampuan SDM harus juga ditingkatkan. Karena kalau kita lihat produksi di Thailand dan Vietnam berbanding lurus antara produksi lahan dan kemampuan SDM-nya. Berarti itu harus kita lakukan juga,” katanya.
Sementara itu Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan keberadaan Kostratani harus dimanfaatkan dengan baik.
“Karena Kostratani bukan hanya sebagai tempat data dan informasi. Kostratani juga menjadi tempat untuk berkonsultasi dan belajar petani. Mereka bisa mencari tahu apa yang butuhkan untuk meningkatkan produktivitas,” katanya.
Senada dengan hal tersebut, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi juga menegaskan pentingnya peningkatan kemampuan, pengetahuan, dan skill SDM.
“Berdasarkan hasil penelitian seorang psikolog dan motivator, bahwa pengungkit terbesar dalam peningkatan produksi pertanian adalah SDM. Memang ada ada 3 faktor pengungkit, pertama adalah sarana dan prasarana, kemudian ada kebijakan dan perundang-undangan, semua hanya berperan 25% untuk produksi. Dan yang paling besar adalah SDM mencapai 50%,” katanya.
Dedi Nursyamsi menyebut hal ini terbukti dengan melejitnya PDB sektor pertanian, disaat sektor lain terpuruk akibat pandemi Covid-19.
“Padahal di pemerintah pusat anggaran dipotong. Akibatnya dari segi biaya dan sarpras tidak terlalu signifikan. PDB pertanian meningkat karena peran luar biasa petani, poktan, penyuluh, gapoktan yang berjuang di lahan, di sawah, di kebun, untuk meningkatkan produktivitas,” katanya.
Dedi menambahkan, pertanian Indonesia punya Kostratani di tingkat kecamatan. Mengapa kecamatan? Karena gerakan pertanian ada di sawah, ada di kebun, di ladang. Berarti gerakan perkembangan pertanian harus dimulai dari sawah, kampung, desa, dan kecamatan.