WAMENA – Festival Budaya Lembah Baliem (FBLB) jelas memiliki fungsi penting bagi Papua. Kehadirannya bukan saja menjadi atraksi wisata yang memikat, tetapi juga sebagai penjaga nilai budaya. Lebih dalam lagi FBLB memiliki fungsi strategis mempromosikan Papua secara utuh.
Hal ini terlihat dari perhelatan FBLB tahun ini. Dimana pada pembukaan acara, Rabu (7/8), ditampilkan Noken raksasa sepanjang 30 meter.
“Noken bukanlah sekedar tas tradisonal biasa bagi masyarakat Suku Hubula di Lembah Baliem. Noken memiliki nilai budaya sangat tinggi bagi mereka. Nilai-nilai ini pun menarik bagi wisatawan. Sebagai sebuah karya, Noken pun dapat menjadi sebuah cinderamata yang keren untuk dibawa pulang. Dengan terus mendorong dan memperkenalkan Noken saya yakin ini dapat menjadi nilai lebih untuk mengangkat perekonomian masyarakat,” kata Menteri Pariwisata Arief Yahya, Kamis (8/8).
Noken atau yang biasa disebut Su oleh Suku Hubula berbentuk semacam jala. Sebuah tas multifungsi yang terbuat dari anyaman kulit kayu. Apalagi bagi wanita Suku Hubula, Noken adalah rahim perempuan Papua ke dua. Karena disana ada banyak sumber kehidupan, yang mudah didapat di Papua. Noken adalah brangkas dan gudang hidup orang Papua. Dimana disitu terdapat kekayaan peradaban yang membangun generasi Papua.
Pada tahun 2012, Noken bahkan telah tercantum dalam Daftar UNESCO Warisan Budaya Tak Benda sebagai warisan budaya Indonesia.
“Kalau wisatawan lihat Noken, wisatawan langsung paham ini dari Papua. Kebesaran namanya membuat Noken sangat diburu wisatawan. Saya yakin dengan berhasilnya FBLB memecahkan rekor MURI Noken terbesar di dunia, nama Noken makin melambung tinggi,” kata Ketua Tim Pelaksana CoE Kemenpar Esthy Reko Astuty.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Jayawijaya Alpius Wetipo mengatakan jika Noken itu unik. Noken itu menarik. Sebuah hasil karya yang harus terus dipertahankan. Keunikan Noken bagi suku Hubul dapat terlihat mulai dari proses pembuatannya. Semua dirancang dari perencanaan, pengumpulan bahan, proses pembuatan dan bentuk hasil hingga penggunaannya.
“Kami suku Hubula itu biasa pakai Su atau Noken. Su itu bagian hidup dari orang Baliem pada umumnya pada khususnya di pegunungan tengah. Kenapa saya katakan Su itu disebut bagian hidup dari orang Baliem?karena Su itu biasa dipakai sebagai pakaian adat bagi kaum perempuan. Disamping itu Su juga digunakan untuk keperluan adat. Dari mulai untuk Mas kawin, hingga bayar kepala kalau ada pembunuhan. Mau punya Su yang keren? Silahkan datang dan pilih sendiri di Lembah Baliem,” kata Alpius Wetipo.
Sementara itu Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Rizki Handayani yang datang langsung menyaksikan perhelatan FBLB sangat mengagumi keindahan Noken suku Hubula. Corak warnanya yang dinamis membuat Noken karya orang Baliem begitu fashionable. Menurutnya karya ini harus terus didorong makin mendunia.
“Saya sangat kagum dengan Noken yang merupakan karya orisinil yang luar biasa mama-mama Papua. Warnanya eye catching. Indah dari bahan alami. Sangat cantik. Desainnya luar biasa, fungsinya pun dipikirkan. Dengan ditaruh di kepala agar tangan pemakainya bisa leluasa bergerak dan bekerja. Dengan itu pemakainya pun bijaksana karena dapat mengukur barang yg dibawanya,” pungkas Rizki.(****)