SUMATERA UTARA – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Krearif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) menyelenggarakan familiarization trip (famtrip) ke sejumlah gerai Ekonomi Kreatif (Ekraf) di Sumatera Utara.
Lokasi yang dikunjungi di antaranya Keripik Kreasi Lutvi, Gallery Robert Sianipar, Sepatu Tasya Agus dan Aeki Cerita Kopi. Sebelumnya, peserta juga mengunjungi desa wisata.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, menjelaskan famtrip diselenggarakan agar pengelola desa wisata dapat memanfaatkan potensi yang dimiliki dengan memanfaatkan bahan-bahan yang tersedia di desanya. Dengan begitu, perekonomian masyarakat dapat kembali bergerak.
“Sumatera Utara memiliki potensi yang begitu besar dalam ekonomi kreatif. Ada banyak sektor yang bisa di-promote untuk membangkitkan perekonomian dasar masyarakat,” kata Sandiaga.
Menurutnya, menggeliatnya Ekraf turut menjadi penanda jika sektor pariwisata pun kembali tumbuh. Sebab, pertumbuhan sektor Ekraf bertalian erat dengan perkembangan kepariwisataan di suatu daerah.
“Sektor Ekraf seiring sejalan dengan pariwisata. Artinya, ketika pariwisata bangkit, maka Ekraf pun tumbuh. Begitu juga sebaliknya, ketika Ekraf bergeliat, maka sektor pariwisata kembali bergerak,” ujar Sandiaga.
Koordinator Pemasaran Pariwisata Area 1 (Sumatera) Kemenparekraf, Taufik Nurhidayat, mengatakan Ekraf Sumatera Utara memiliki keunggulan yang tak bisa dibandingkan dengan daerah lainnya. Namun, butuh dukungan maksimal agar mereka dapat kembali bangkit.
Taufik mengatakn, geliat Ekraf di Sumatera Utara amat penting untuk mendapat perhatian oleh karena telah memiliki pasar yang cukup besar. Itu sebabnya, Taufik menilai potensi ini harus terus dijaga dan dikembangan.
“Tentu kami akan men-support terus agar potensi ini tetap terjaga melalui kegiatan serupa,” ujarnya lagi.
Salah satu lokasi yang dikunjungi peserta famtrip adalah Keripik Kreasi Lutvi yang hampir setiap bulan diekspor ke luar negeri, seperti Korea Selatan, Malaysia, dan Singapura.
Menurut pemilik Keripik Kreasi Lutvi, Muhdi, sebulan sekali usahanya diekspor dengan dua kontainer ke Korsel. Satu kontainer berisi 2.566 kotak keripik dengan aneka rasa dan setiap kotak berisi 2,6 kilogram keripik.
Muhdi menjelaskan, bisnjs yang dimulai tahun 1998 itu berangkat dari usaha rumahan. Ia bersama istrinya meracik keripik singkong yang dikemas kecil, kemudian dititipkan di warung-warung.
Seiring waktu, usaha keripiknya semakin melaju pesat dan mendapat pesanan yang cukup banyak. Wisatawan pun berkunjung membeli Keripik Kreasi Lutvi untuk dibawa sebagai oleh-oleh.
Peserta famtrip juga mengunjungi Gallery Robert Sianipar. Ada keistimewaan yang terlihat saat berkunjung ke Galeri Ulos Sianipar. Ornamen, warna, hiasan Ulos hingga Sigale-gale yang terlihat menarik dan elegan menyambut orang-orang yang berkunjung. Galeri ini terletak di Gang Pendidikan, Jalan AR Hakim. Robert Sianipar selaku pemilik Galeri Ulos Sianipar mengisahkan soal galeri yang didirikannya pada tahun 1992.
Galeri Ulos Sianipar ini didirikan untuk mengikuti jejak yang diteruskan dari usaha orang tua Robert Sianipar. Tamat dari SMA, Robert tertarik dengan usaha ulos dan berinisiatif melakukan studi ke beberapa daerah di sekitar tanah Batak hingga ke pulau Jawa. Ia belajar mengecat benang di Bandung, kemudian belajar menenun di Pematangsiantar, Tarutung, Balige.
Tahun 1992, kerja keras Robert membuahkan hasil. Galeri miliknya yang semula hanya mempekerjakan 17 orang meningkat menjadi ratusan orang. Galeri inilah yang pernah menyediakan ulos untuk keluarga Presiden Jokowi, anaknya Kaesang, serta saat pernikahan Kahiyang-Bobby di Kota Medan tahun 2017 lalu. Kini, ulos karya Robert Sianipar banyak diburu wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.
Famtrip juga berkunjung ke AEKI Cerita Kopi, kafe yang didirikan oleh pengurus AEKI (Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia) Sumatera Utara. Letaknya di lantai satu, kantor sekretariat AEKI, Jalan Kirana Raya, atau belakang Medan Plaza.
AEKI Cerita Kopi menyajikan kopi perpaduan robusta dan Kopi Karo. Bisa juga dibuat american black (kopi hitam) atau kopi susu. Ada pula kopi espresso dan alpukat.
Ketua AEKI Sumut, Saidul Alam, mengakui konsep AEKI Cerita Kopi, adalah edukasi.
“Tempat ini baru kami buka pada Juli 2018. Soal harga, pasti lebih murah, bukan harga kafe. Di sini boleh tanya-tanya segala hal tentang kopi. Konsepnya edukasi sambil menikmati kopi,” kata Alam.
Menurut Alam, bagi AEKI keberadaan AEKI Cerita Kopi menjadi tempat yang positif. Sebab, AEKI bisa berkomunikasi dengan masyarakat tidak hanya dalam pameran atau seminar. Selain itu, AEKI Cerita Kopi menjadi tempat latihan bagi alumni kelas kopi (kelas barista – kelas roasting).
“Di sini kami juga buka kelas roasting dan kelas barista. Alhamdulillah, alumninya sudah ada sekitar 80 orang. Jadi tempat ini juga kami buka untuk wadah alumni magang dan melatih kemampuannya setelah belajar di kelas kopi AEKI. Karena di sini selain mesin roasting, ada juga alat seperti mesin kopi, grinder, manual brew dan barista. Jadi bisa dimanfaatkan untuk berlatih juga,” bebernya.
Produk Ekonomi Kreatif lain yang dikunjungi adalah Sepatu Tasya Agus. Sepatu yang diproduksi sendiri ini menjadi tren di kalangan masyarakat Sumatera Utara. Kreasi karya Sepatu Tasya Agus pun digemari oleh wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Selain menjadi trend setter, kreasi Sepatu Tasya Agus juga menjadi buah tangan seusai berlibur.(***)